Tokoh Arsitek Indonesia Meninggal di RSPI Sulianti Saroso

 Tokoh Arsitek Indonesia Meninggal di RSPI Sulianti Saroso

Ketua IAI Ahmad Djuhara. (Foto: Ist)

JAKARTA, WartaGriya.Com – Tokoh arsitek sekaligus Ketua Umum Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Ahmad Djuhara meninggal pada Jumat, 27 Maret 2020. Kabar berpulangnya Djuhara dikonfirmasi oleh mantan Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf.

“Telah berpulang ke Rahmatullah, rekan sejawat kita Ahmad Djuhara, Ketua Umum IAI 2018-2021,” ujar Triawan dalam akun Instagram-nya, Jumat sore.

Djuhara dikabarkan meninggal di RSPI Sulianto Saroso. Belum detail ihwal penyebab kematiannya. Namun sebelumnya Djuhara dikabarkan mengalami sesak nafas.

Ahmad Djuhara dikukuhkan sebagai Ketua Umum IAI dalam Musyawarah Nasional yang digelar pada 19 September 2018 lalu. Pria kelahiran 22 November 1966 ini aktif menyerukan disahkannya beleid yang memayungi arsitek, yakni Rancangan Undang-Undang Arsitek.

SOSOK AHMAD DJUHARA

Pria kelahiran Jakarta, 53 tahun silam ini tercatat pernah menjabat sebagai Ketua Umum IAI selama dua kali masa kepengurusan yaitu pada periode 2015-2018 dan 2018-2021.

Ketertarikannya pada dunia arstiek mulai terlihat sejak menjadi mahasiswa di Jurusan Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan Bandung.

Saat itu, pria yang akrab disapa Juju ini pernah dipercaya menjabat sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Arsitektur Universitas Parahyangan.

Setelah meraih gelar sarjananya pada 1991, dia memulai kariernya sebagai arsitek untuk beberapa proyek di PT Pacific Adhika Internusa (PAI).

Setelah tujuh tahun bekerja untuk PT PAI, Juju memutuskan untuk keluar. Dia sempat beberapa kali berpindah-pindah kerja di berbagai perusahaan seperti Procon Indah Desainer Interior, dan Jeffrey Budiman Architects. Hingga pada 2001, Juju mendirikan firma arsiteknya sendiri. Kemudian mendirikan Djuhara + Djuhara bersama Wendy Djuhara pada 2004.

Sejak mendirikan firma arsitek, Juju mulai aktif berorganisasi. Sebelum masuk di tingkat pusat, dia pernah tergabung dalam IAI Jakarta dan sering dipercaya untuk mengemban tanggung jawab besar seperti Ketua Badan Sistem Informasi Arsitektur pada 2000-2002, Ketua Badan Keprofesian pada 2003-2006, Ketua Pokja Tatanan Kerja Arsitek di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada 2005, dan Ketua IAI Jakarta periode 2006-2009.

Selama aktif di IAI Jakarta, Juju pernah meraih sejumlah penghargaan seperti IAI Award – Citation Award pada 2005, Penghargaan III – Maket Terbaik dari International Architecture Biennale Rotterdam 2005 untuk Maket Batavia 1681 pada 2005, dan Penghargaan Utama IAI Award 2008 untuk Rumah Baja Wisnu.

Juju juga pernah ditunjuk sebagai technical reviewer untuk berbagai ajang penghargaan seperti Pertubuhan Akitek Malaysia (PAM) Awards 2011 Overseas – House at Kebayoran Baru dan Overseas – House at Pondok Indah.

Tak hanya itu, dia juga dipercaya sebagai reviewer untuk ajang Aga Khan Award for Architecture Cycle 2013 Museum of Handcraft Paper di Yunnan, China, dan Aga Khan Award for Architecture Cycle 2016 di Beijing, China.

Selama berkarier sebagai arsitek, Juju rajin mengikuti berbagai pameran di dalam maupun di luar negeri. Beberapa di antaranya, Pameran Karya Arsitek Muda Indonesia di Staad huis, Den Haag, Belanda, dan Servants Right to Space pada International Architecture Biennale Rotterdam (2005).

Pada 2013, dia dipercaya menduduki jabatan sebagai Wakil Direktur Departemen Edukasi Green Building Council Indonesia. Juju juga menjadi salah satu Anggota Pokja Rancangan Undang-Undang Arsitek IAI. Di tahun yang sama, dia juga menjadi Committe Member House Indonesia (Atap Jakarta).

Related post

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *